Kita selalu membayangkan internet seperti sebuah lautan luasyang dipenuhi banyak sekali mutiara yang menunggu untuk ditemukan. Bagi anak-anak, internet juga bisa menjadi sebuah lautan yang dipenuhi hiu-hiu ganas dalam wujud pornografi. Sebuah hasil survei tentang pornografi di kalangan anak-anak di laporkan oleh lembaga Third Way. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa anak-anak sangat rentan mengakses situs-situs pornografi sejak 11 tahun. Hal yang lebih mengejutkan lagi, tenyata kalangan terbesar yang paling banyak mengakses situs-situs porno bukanlah remaja dewasa berusia 19-25 tahun, melainkan ABG yang rata-rata berusia 12-17 tahun. Mereka yang masih mencari jati diri itu secara tidak langsung menerima nilai-nilai yang salah, bahwa kecanduan situs pornografi adalah normal dan sudah lumrah.

Banyak diantara mereka yang berubah cara pemikiran dan perilakunya gara-gara sering membuka situs-situs porno. Sikap mereka terhadap gadis-gadis sebayanya pun sudah bergeser 360 derajat. Itu karena pornografi sangat merendahkan derajat kaum wanita. Tidak mengherankan bila orang-orang yang sering mengakses situs porno biasanya hampir tidak punya rasa malu lagi. Pornografi bahkan sudah menjadi bahan tertawaan dalam acara-acara sitkom keluarga. Walaupun seks itu adalah hal yang alami, tetapi industri pornografi tidak pernah bertujuan mendidik orang tentang seks, melainkan mengeksploitasi seks demi alasan komersial belaka.

Akses kepada situs-situs porno juga sangat mudah. Hampir semua situs porno menggunakan sistem yang bisa dimanipulasi oleh siapapun, termasuk anak kecil sekalipun. Biasanya para pengunjung situs-situs porno akan dimintai konfirmasi bahwa berusia minimal 18 atau 21 tahun, tergantung di negara mana mereka tinggal. Tentu saja anak-anak dapat membodohi sistem yang sangat sederhana seperti itu. Lalu ada pula sistem 'porn-napping' yaitu sebuah strategi program internet yang dirancang untuk menjerumuskan anak-anak. Sehingga apabila mereka salah mengeja domain seperti Disneyland, Pokemon, atau Teletubbies, mereka bisa saja langsung terkoneksi dengan beragam situs porno yang tidak karu-karuan. Pada saat ini masih sangat banyak halaman-halaman pornografi yang diposting melalui internet. Semua ini mengarah pada satu pertanyaan besar. Apa yang anak-anak sekarang lihat lewat internet di dalam atau di luar rumah, dan apa rencana kita untuk mengarahkan mereka supaya tidak menjadi pecandu pornografi? Sebab biar bagaimanapun juga, mereka adalah generasi penerus bangsa kita tercinta ini. Relakah kita melihat mereka terjerumus ke dunia pornografi? So...masalah ini tidak bisa cuma urusan pemerintah saja, tetapi tugas kita sebagai kakak-kakaknya.

0 komentar:

Posting Komentar